Persaingan Trah Dinasti - Opini Terkini

Persaingan Trah Dinasti - Opini Terkini

Ilustrasi, foto : Ist

Ketika Sultan Jambi bergelar Sultan Seri Ingologo (1665-1690) menyatakan bahwa penerus tahta atau putra mahkota kelanjutan Kesultanan Jambi berikutnya adalah Pangeran Raden Julat, maka keresahan hati Pangeran Depati Cakra Negara semakin membara tak menentu. Segala cara ditempuh Pangeran Depati Cakra Negara untuk mencapai tujuan memperoleh Tahta Kesultanan termasuk bersekongkol dengan Belanda.


Persekongkolan Pangeran Depati Cakra Negara membuahkan hasil ditangkapnya Sultan Seri Ingologo dan yang selanjutnya dibuang ke Banda. 


Belanda mengangkat Pangeran Depati Cakra Negara menjadi Sultan di Tanah Pilih bergelar Sultan Kiyai Gede.


Selanjutnya Pageran Raden Julat dibantu adik bungsunya Kiyai Singo Pati mengasingkan diri ke hulu sungai Batanghari, dengan didukung Sultan Pagaruyug membangun pemerintahan di Mangunjayo, Muara Tebo. Raja Mangunjayo bergelar Sultan Sri Maharaja Batu.


Akankah kejadian seperti ini akan terulang di Bumi Seentak Galah Serengkuh Dayung untuk mencapai kedudukan Juru Mudi Kabupaten Tebo 2024?


Waktu terus berjalan, suasana hangat terasa semakin panas.


Ketika perahu kuning berganti Nahkoda dari Sukandar yang diangkat sebagai Mualim 2 di kapal besar beralih kepada Khalis Mustiko, maka suhu di lantai perahu agak terasa meningkat.


Khalis Mustiko dengan serta merta menyatakan diri untuk bersiap-siap maju sebagai bakal calon (balon) Juru Mudi dimasa yang akan datang yang didukung bahan bakar penuh dari pengendali Sang Master. Sekarang dukungan Sang Master telah ditetapkan hanya memberikan bahan bakar penuh kepada Khalis Mustiko.


Sementara Nahkoda perahu kuning dimasa sebelumnya Agus Rubyanto alias ARB yang didukung penuh Sang Master merasa telah membesarkan perahu serta memperkuat perahu dengan meningkatkan jumlah perwira kelasi yaitu Mualim 1 sampai mencapai 11 kursi perwira di dermaga yang bernama Parlemen. 


Tidak taggung-tanggung dan bukan kaleng-kaleng bahwasanya seorang ARB mampu meraup suara bukan hanya cukup makan tetapi juga suara yang dapat menempatkan 3 kursi perwira di dermaga.


Artinya Ketika ARB menyatakan diri untuk maju sebagai balon Juru Mudi Tebo 2024 maka ARB harus mencari dukungan perahu yang tentunya penuh bahan bakar. Sementara di pihak yang sama juga bersandar sebagai perwira di dermaga Utama, Saniatul Lativa, yang digadang-gadangkan untuk maju sebagai balon Juru Mudi Tebo 2024, tentu dengan dukungan utama dari Mualim 2 di kapal besar yang nota bene adalah suaminya, Sukandar.


Akankah perahu kuning akan membawa berlayar ARB atau Khalis Mustiko atau Saniatul Lativa, sementara manifest ada ditangan Khalis Mustiko yang juga akan berlayar dengan kekuatan penuh.


Bagaimana dengan Mazlan yang saat ini juga punya peluang untuk menjadi balon Juru 

Mudi Tebo 2024?


Mazlan merupakan kuda hitam dari aliran sungai Batanghari. Akankah bertahan dengan perahu kuning atau mencoba medekati perahu lain. Pindah ke perahu lain hanya saja tidak mungkin bisa mejadi Juru Mudi Utama.


Andaikan ARB memiliki ponjen penuh tanpa dukungan Sang Master dan tanpa perahu kuning, akankah ARB membeli perahu baru atau menyewa perahu lain. Atau mungkin berlayar dengan menggunakan sekoci di tengah samudera luas dengan gelombang tinggi serta persaingan perahu lain yang juga memiliki kepentingan dan tujuan yang sama. Karena sekoci tidak diperlukan manifest, yang diperlukan hanya isi ponjen serta keberanian untuk berlayar menembus samudera. 


Keadaan ini juga akan sama dirasakan oleh Saniatul Lativa dan tentunya juga Mazlan. Satu perahu kuning yang telah berisi 4 balon yang ingin menjadi Juru Mudi Tebo 2024.


Mustahil ketiganya akan naik perahu yang sama. Akan ada 3 balon yang bakal pindah perahu atau juga mungkin untuk menggunakan sekoci. Bisa jadi akan ada balon lain yang ingin menumpang di perahu kuning. 


Waktu yang akan menentukan. Rakyat hanya bisa memilih, memilih itu harus dilakukan dalam segala hal. Pepatah melayu mengatakan PILIH-PILIH TEBU, Pilih-pilih ruas terpilih pada buku, maunya memilih yang baik, tidak tahunya medapatkan yang jelek karena terlalu banyak pilihan.

 

Tebu memang manis, tapi yang manis bukan hanya tebu. Kadang buah yang terasa asam pun akan enak dimakan kalau dimakan rame-rame.


           M. EKAWIJAYA, Pengamat Budaya

Baca Juga:

Untuk Anda