Cegah Radikalisme, Bhabinkamtibmas dan Babinsa Jadi Narsum di SMK Negeri 5 Tebo

Cegah Radikalisme, Bhabinkamtibmas dan Babinsa Jadi Narsum di SMK Negeri 5 Tebo

Bhabinkamtibmas dan Babinsa jd Narasi sumber di SMK N 5 Tebo, foto : Ist

TEBONETIZEN.COM, - Bhabinkamtibmas bersama Babinsa menjadi pembicaraan atau Nara sumber dalam mensosialisasikan Paham Radikalisme dengan tema Kewaspadaan Dini Paham Radikalisme pada Pelajar SMK Negeri 5 Tebo yang di selenggarakan oleh Mahasiswa KKN dari Universitas Jambi. 


Peserta Sosialisasi Paham Radikalisme Siswa dan siswi SMKN 5 Tebo berjumlah 82 siswa yang terbagi dari kelas 1 dan kelas 2, Jum'at (20/05/2022).


Kepala Sekolah SMKN 5 Tebo Ramayani mengucapkan terima kasih kepada Bhabinkamtibmas dan Babinsa juga Adik-adik Mahasiswa KKN dari Universitas Jambi, telah memilih sekolah SMKN 5 Tebo dalam program atau kegiatan KKN.


Ia berharap anak-anak didiknya bisa memahami sedini mungkin tentang Paham Radikalisme yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD.


Babinsa Sertu Daryono menyebutkan, Radikalisme diartikan sebagai paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.


Untuk menangkal pengaruh paham radikalisme perlu adanya membelajaran nilai-nilai luhur 4 pilar kebangsaan itu adalah Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan dan Bhinneka Tunggal Ika. Setiap pilar memiliki tingkat, fungsi, dan konteks yang berbeda. Dalam hal ini, posisi Pancasila tetap ditempatkan sebagai nilai fundamental berbangsa dan bernegara.


Nilai-nilai empat pilar diharapkan dapat mengukuhkan jiwa kebangsaan, nasionalisme, dan patriotisme generasi penerus bangsa untuk semakin mencintai dan berkehendak untuk membangun negeri.


Senada, Bhabinkamtibmas Aipda Dadan  Juanda menjelaskan bahwa cikal bakal Paham Radikalisme adanya Intoleransi, Intoleransi adalah awal terbentuknya radikalisme, lalu ekstremisme, dan terakhir dalam bentuk terorisme. Artinya, intoleransi adalah benih dari radikalisme dan terorisme.


Isu intoleransi, radikalisme, dan terorisme yang merajalela di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh faktor tunggul agama, ekonomi, politik atau pendidikan, tetapi ada faktor lain yang memicu terjadinya intoleransi dan radikalisme ataupun dalam membentuk seseorang menjadi radikal, yaitu faktor psikologis.


Orang yang dibingungkan masalah identitas, bisa dengan mudah menjadi fanatik. Mereka yang mencari jati diri membutuhkan pegangan untuk menyatukan diri, sehingga mereka berusaha mencari tempat di mana mereka bisa berada.


Seperti halnya pelajar yang sedang mencari jati diri, butuh pegangan untuk menguatkan diri, dan butuh pengakuan dari masyarakat sekitarnya. Ini yang sangat membahayakan kalau saja sampai salah berkumunikasi atau salah bergaul, bisa mengakibatkan menjadi radikalisme.


"Intoleransi, radikalisme, dan terorisme merupakan musuh bangsa Indonesia karena tidak sesuai dengan ideologi dan konsensus dasar negara," pungkasnya (Red-TN).

Baca Juga:

Untuk Anda